02 Juli 2011

Penggundulan tak Terkendali, Habitat Rangkok Terancam Punah


REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR
Habitat Rangkong Indonesia terancam hilang akibat eksploitasi hutan yang membuat sumber pakannya menjadi berkurang.
"Kegiatan penggundulan hutan tanpa tebang pilih membuat sumber pakan Rangkong banyak yang rusak. Kondisi ini membuat rangkong semakin terjepit dan mulai kehilangan habitatnya," kata Dwi Mulyawati Bird Conservation Officer Burung Indonesia dalam siaran pers yang dikirim melalui pesan elektroniknya, Sabtu.
Dwi mengatakan, Rangkong merupakan hidupan liar yang sangat berjasa pada regenerasi hutan. Tanpa Rangkong, diperkirakan hutan akan segera hancur dan potensi yang terkandung didalamnya ikut tergusur.
Banyak jenis pohon yang kelanjutan hidupnya bergantung pada hewan pemakan buah dalam penyebaran bijinya. "Menurut para peneliti Rangkong dijuluki sebagai petani hutan karena kehebatannya menebar biji," kata Dwi.
Lebih lanjut, Dwi menjelaskan seekor Rangkong dapat terbang dalam radius 100 km persegi. Artinya, burung yang termasuk dalam keluarga Bucerotidae ini dapat menebar biji hingga 100 km jauhnya.
Penelitian yang dilakukan di kawasan hutan produksi menunjukkan, sumber pakan Rangkong menyusut hingga 56 persen karena berkuranganya pohon pakan sebanyak 76 persen.
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), dari 13 jenis Rangkong yang ada di Indonesia, Julang Sumba (Aceros everetti) merupakan jenis terancam punah yang masuk pada kategori rentan (Vulnerable/VU).
Di Indonesia, Rangkong disebut juga dengan Julang, Enggang, atau Kangkareng "Jenis yang hanya dijumpa di Pulau Sumba ini diperkirakan hanya tersisa kurang dari 4.000 ekor dengan kepadatan rata-rata enam ekor per km persegi," ujar Dwi.
Dwi menambahkan, Rangkong merupakan jenis burung yang melakukan kegiatan tersebutt. Tanpa peran Rangkong, bisa dipastikan jenis pohon tertentu akan lenyap karena induk pohon yang menua akan mati tanpa pengganti.
Buah Ara merupakan salah satu pakan favorit Rangkong yang tersedia hampir sepanjang tahun.
Diperkirakan, ada 200 jenis pohon Ara yang menjadi pakan utama Rangkong. Dan bila dibanding burung lainnya, Rangkong dianggap paling mampu dalam menebarkan biji ara, karena daya jelajahnya yang tinggi.
"Menurut Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O`Brien, peneliti Rangkong dan hutan tropis, terdapat korelasi erat antara Rangkong dengan hutan yang sehat," kata Dwi.
Burung Rangkong termasuk dalam Famili Bucerotidae, kelompok burung berukuran besar yang mudah dikenali, terutama dari cula (casque) pada pangkal paruhnya. Di seluruh dunia terdapat 55 jenis yang tersebar di kawasan tropis Asia dan Afrika.
Tercatat ada 13 jenis Rangkong yang ada di Indonesia. Sembilan jenis di Sumatera: Enggang Llihingan, Enggang Jambul, Julang Jambul-Hitam, Julang Emas, Kangkareng hitam, Kangkareng Perut-Putih, Rangkong Badak, Rangkong Gading, dan Rangkong Papan. Empat jenis lagi berada di Sumba (Julang Sumba), Sulawesi (Julang dan Kangkareng Sulawesi), serta Papua (Julang Papua). Kalimantan memiliki jenis Rangkong yang sama seperti Sumatera, kecuali Rangkong Papan.
Burung Indonesia adalah organisasi nirlaba dengan nama lengkap Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Birdlife Indonesia Association) yang menjalin kemitraan dengan BirdLife International, yang berkedudukan di Inggris.
-

10 komentar:

Suprih Rustanto mengatakan...

This is actually my first time here, really nice looking blog. I found so many interesting things in your blog especially it’s discussion. From all the remarks on your articles, it appears like this is really a very popular website. Keep up the great work. Please save our earth with use friendly resource. I recommended yo to learn more about green it, International IT campaign for green energy.

Victoria Mc Mahon mengatakan...

Blog dan artikelnya bagus, komentar juga ya di blog saya www.when-who-what.com

Admin mengatakan...

bener, kmrin sya smpat lht d tv ratusan monyet brmgrasi ke daerah pdt pndduk krna hutan hbs dbabat, ironi...
jgn lupa mampir ke eMingko Blog

Muhammad Jumani mengatakan...

pemerintah dan masyarakat seharusnya saling bekerjasama dalam menjaga kelestarian hutan.. karena hutan adalah salah satu penyangga ekosistem.. kalau hutan tidak hanya penduduk sekitarnya yang terkena dampak tapi seluruh Dunia.

Unknown mengatakan...

ada yang lebih ironis lagi, kemarin saya lihat orang utan dibantai di habitatnya, hanya untuk membuka lahan kelapa sawit...

pemerintah seakan lalai kalau menyangkut masalah yang seperti ini.

salam kenal, ditunggu kunjungan baliknya di http://arie-triyadi.blogspot.com

Pinokio mengatakan...

Numpang komentar nih, blog dan artikelnya bagus juga, komentar juga ya di blog saya www.memebee.net

rusydi mengatakan...

brung rangkok ini kayak burung koak kaok ya. cuman lebih berwarna aja rangkok. semoga pemerintah tanggap ama ini

panpos crazewear mengatakan...

namanya manusia setelah mendapatkan sedemikian besar masih ajah merambah lebih luas lagi...
kesadaran harus mulai dari diri sendiri
de'panpos

panpos crazewear mengatakan...

kesadaran bor go green harus kita mulai dari diri kita sendiri.. karena namanya manusia sudah berhasil mendapatkan banyak masih merambah ketempat yang lebih luas lagi untuk di expoitasi..
salam

de'panpos

dede agus mengatakan...

Makasih, walau singkat, infonya cukup membantu. Mudah2an selanjutnya Dwi bisa posting info yg lbh banyak lagi. Kapan Burung Indonesia kembangkan program kojservasi rangkong di Kalbar? Ditunggu Bu.