24 Oktober 2010

Plastik, berbahayakah?

It takes up to 1,000 years for plastic to degrade.
Less than 1% of all plastic bags get recycled.

Plastic bags are known to choke drainage system and clog rivers causing flood.
It is estimated 500 billion plastic bags are sold worldwide every year.
9-15% of waste in landfills are plastics.
More than a million birds and 100,000 marine mammals and sea turtles die every year from eating or getting entangled in plastic.
There are eastimated 46,000 pieces of palstic litter floating in every square mile of ocean.
It its estimated arround 7 millions tons of plastic litter on Pacific Ocean.

Plastik. Semua orang membutuhkan plastik. Keistimewaan plastik adalah proses produksinya memerlukan energi yang jauh lebuh hemat dibandingkan kantong kertas. Keistimweaan yang kedua adalah plastik memiliki bobot yang ringan, praktis, dan tidak mudah pecah. Dengan demikian, yang dilakukan saat ini adalah tidak memusuhi plastik, tetapi menemukan solusi mempercepat proses penguraian plastik, yang awalnya membutuhkan ratusan tahun untuk mengurai, menjadi lebih singkat hanya dalam beberapa tahun saja.

Jika kita melirik ke belakang, kita akan tahu plastik berasal dari jasad renik (mikroorganisme) dari tumbuhan laut yang mati dan mengendap di dasar bumi. Dan pelapukan tersebut akan bertransformasi jasad-jasad renik tersebut menjadi minyak bumi yang menjadi bahan dasar plastik. Banyak informasi dan mitos keliru yang saat ini diketahui masyarakat. Steven Hetges, pakar kimia plastik dari Amerika menyatakan bahwa plastik sesungguhnya tidak membahayakan. Kesimpulan itu diperoleh melalui sebuah penelitian yang dilakukan secara hati-hati oleh pemerintah maupun badan-badan peneliti di dunia.

Di Samudra Pasifik sendiri, kedalaman sampah plastik hampir 150 meter. Kira-kira ada 35 ngeara di sekitar Samudra Pasifik yang mengakhiri sampahnya di Samudra Pasifik. Dan sekitar 90% isi di Samudra Pasifik adalah sampah plastik.

An Inconvenient Truth.
Manusia membutuhkan plastik, tentunya. Sebenarnya sudah lebih dari 50 tahun yang lalu, mereka sudah sadar bahwa plastik akan menjadi musuh publik. Di Amerika sendiri sejak tahun 80-an sudah menerapkan disiplin 3R. Yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Tapi nyatanya, tidak lebih dari 1 % yang berhasil di recycle. Padahal sebenarnya recycle itu bagus. Itupun negara maju. Bagaimana dengan Indonesia?

Kini 5 tahun terkahir, negara mencoba dengan 3R dengan target masyarakat memakai ulang tas tersebut minima; 20 kali. Tapi faktanya, 60% masyarakat tidak memakai lebih dari 1 kali, dan 40% tidak memakai sampai 20 kali. Poinnya, 3R itu tidak solve problem.

Kalau plastik adalah organik, mengapa beracun?
Plastik sesungguhnya berasal dari bahan organik. Lantas kenapa orang pikir itu racun? Itu disebabkan oleh recycling, yang memasukkan kontaminasi. Warna hitam itu kemungkinan benar hasil dari recycle, dan itu sangat beracun karena kontaminasi dari hasil recycle itu sendiri. Seperti contoh lain, botol bayi. Warna asli dari botol tersebut agak burem, dan siapa sih yang mau pakai botol kusam? Maka dari itu dimasukkanlah zat aditif agar botol terlihat bersih. Dan zat aditif itu dapat menghambat pertumbuhan bayi. Buat ibu-ibu, hati-hati dan lebih seleksi lagi dalam memilih botol bayi. Sekali lagi, plastik itu organik. Zat aditiflah yang membuatnya berbahaya.

Is there any solution?
Kini solusi tersebut telah terealisasikan dengan munculnya OXIUM, yakni aditif yang dapat mempercepat terjadinya proses degredasi plastik dalam waktu kurang dari 2 tahun melalui mekanisme oksidasi, thermal, dan fotodegradasi. Pusat-pusat pertokoan yang telah menggunakan OXIUM sebagai shopping bag antara lain Carrefour, Indomaret, Alfamart, Alfa Express, Alfa Midi, SuperIndo, Hero, Giant, Premium Factory Outlet, Guardian, Century, Kemchicks, Zara, Time Zone, Gramedia, dan beberapa lainnya.

OXIUM sendiri telah mendapat Green Label dari INSWA (Indonesia Solid Waste Association), lembaga yang concer dengan masalah sampah dan lingkungan yang berish. Jadi, jangan musuhi plastik, tapi kita tetap bisa bersahabat dengan plastik, asalkan plastik tersebut ramah lingmkungan dan dapat terurai dengan cepat. Dan berkontribusi dalam menciptakan kehidupan yang baik.


OXIUM 100% Degradable Plastic.

16 Oktober 2010. Tirtane Cafe, FX.

6 komentar:

Melinda Rachman mengatakan...

Jadi, sebenarnya plasti nggak berbahaya. Dibantu yak. Dibantu yak hahahah

tipshot mengatakan...

Bagus juga artikelnya, komentar juga dong di blog saya : http://tipshot.blogspot.com

Pays79 mengatakan...

wow...nice article...jadi plastik tidak berbahaya yah..berarti yang berbahaya...daur ulang yang gak jelas unrnya ya...

mantabs

Mas Anies mengatakan...

Oxium memakai unsur cobalt/magnesium/cadmium, dll untuk menguraikan plastik menjadi bubuk plastik. Ini masih juga tidak aman untuk lingkungan. Oxium (plastik oxo) memerlukan panas dan uv untuk mengurai plastik, andai di dlm air/tanah mereka tidak hancur.

Salam
Go Green Go Ecopure way

sayamaya mengatakan...

di update lagi donk. postingannya udah kelamaan tuh, 2010. hehehe..
we need more information.

salam go green indonesia.

Ningrum mengatakan...

Boleh sih, nggak takut lagi sama plastik, tapi tetap saja, orang-orang Indonesia masih kurang tertib buang sampahnya.

Jadi yang perlu diperbaiki tuh pengelolaan sampah plastiknya, bukan cuma pembuatan plastik yang bisa diuraikan tanah kemudian tetap berfoya-foya plastik. Ujung-ujungnya penumpukan sampah lagi!

Tetap kurangi sampah plastik ya, kawan-kawan se-Indonesia, jangan lupa bawa tas belanja sendiri, bagaimana pun ini cara yang lebih efektif. :)